Sebagaimana telah disinggung pada artikel sebelumnya, dengan judul “Opini Pendidikan di Indonesia: Menyadarkan Realitas Pendidikan Kepada Masyarakat”. Akan dibahas lebih lanjut mengenai pendidikan dan problematikanya di Indonesia, khususnya menyoroti fasilitas yang tidak merata di pedalaman Indonesia.
Indonesia dengan segala keindahan alam dan budaya yang kaya, menghadapi tantangan serius dalam hal pendidikan. Di desa-desa terpencil seperti Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang, seorang guru seperti saya mendapati diri kami menghadapi permasalahan besar dalam memberikan akses pendidikan yang layak kepada anak-anak yang sangat membutuhkannya. Selama tahun akademik 2021-2022, saya terlibat dalam program Kampus Mengajar yaitu program yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang bertujuan untuk memberdayakan mahasiswa agar aktif dalam pembelajaran di luar kampus sembari ikut andil dalam upaya peduli kepada pendidikan Indonesia.
Saat itu saya ditempatkan di Cilamaya, di sebuah desa di Kab. Karawang, Jawa Barat. saya menyadari bahwa anak-anak di sini menghadapi tantangan serius dalam mencari akses pendidikan yang berkualitas. Ada sejumlah masalah yang mendominasi lingkup pendidikan di sini yaitu pertama, fasilitas pendidikan yang memprihatinkan.
Fasilitas pendidikan di desa ini adalah masalah utama. Ruang kelas yang sempit, meja dan kursi yang usang, serta tidak terdapatnya kamar mandi adalah alasan mengapa sekolah belum bisa menciptakan suasana belajar yang mendukung. Lantai yang rusak dan kursi-kursi yang hampir patah hanya menambah alasan bagi anak-anak untuk tidak berangkat sekolah.
Permasalah yang kedua yaitu jarak dan akses. Banyak anak di Cilamaya yang tidak dapat berangkat ke sekolah karena jarak yang jauh dan akses jalan yang buruk. Kebanyakan dari mereka tinggal di perkampungan terpencil yang sulit dijangkau, sehingga kesulitan untuk berangkat ke sekolah.
Ketiga, adalah faktor kondisi ekonomi. Faktor ekonomi juga memainkan peran penting. Banyak dari siswa berasal dari keluarga yang kurang mampu, dan pendidikan tidak selalu menjadi prioritas utama. Anak-anak sering diminta untuk membantu orang tuanya berjualan ke pasar daripada bersekolah.
Dari permasalahan diatas, alasan utama akan ketidaksetaraan dalam pendidikan menjadi lebih nyata saat kita membandingkan desa-desa terpencil dengan kota-kota besar. Fasilitas pendidikan yang sangat kontras dan kurangnya akses yang layak menciptakan kesenjangan pendidikan yang tidak dapat diabaikan.
Program seperti Kampus Mengajar adalah langkah positif, tetapi perlu diperluas dan ditingkatkan. Kita juga perlu melibatkan lebih banyak kaum muda untuk peduli pada perkembangan pendidikan. Mereka dapat menjadi kekuatan untuk menjalin relasi dengan komunitas lain dan berkolaborasi dalam upaya meningkatkan akses pendidikan di seluruh negeri.
melalui kerja sama serius dari berbagai pihak yang berkaitan, kita dapat menggali potensi bangsa di bidang pendidikan dan mewujudkan generasi berkualitas yang pada akhirnya mampu meraih masa depan yg gemilang.
Semangat teruss untuk mencerdaskan kehidupan bangsa